Environtment, Social, and Governance (ESG) : Tiga Dasar Memperbaiki Bumi dan Menuju Ekonomi Alternatif



Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 dialami seluruh penduduk dunia. Hampir semua negara melakukan kebijakan untuk melakukan lockdown dan karantina kepada penduduknya. Hal ini merupakan upaya untuk menekan angka penyebaran penyakit. Akibatnya, mau tidak mau semua negara mengalami imbas ekonomi, tidak terkecuali di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi menurun dan angka kemiskinan meningkat. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) banyak yang terkena imbasnya, mereka mengalami kebangkrutan sehingga memaksa mereka untuk menutup usahanya dan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada karyawannya.

Imbas dari pandemi Covid-19, isu-isu lingkungan semakin menguat. Limbah medis yang merupakan termasuk limbah Barang Berbahaya dan Beracun (B3) meningkat drastis selama pandemi ini. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mengeluarkan peraturan mengenai sistem pengelolaan limbah medis bagi perusahaan layanan kesehatan sehingga mengurangi dampak buruk untuk lingkungan dan masyarakat. Namun sayangnya, limbah medis saat ini tidak hanya diproduksi oleh perusahaan yang berkecimpung dalam layanan kesehatan saja, hampir semua perusahaan dalam bidang apapun juga menghasilkan limbah medis seperti masker. Bahkan pelaku usaha pun juga menghasilkan limbah medis ini.

Tidak hanya limbah medis, limbah non medis pun banyak tidak tertangani dengan baik. Seperti penggunaan bahan baku sekali pakai secara masif seperti kemasan produk, peralatan makanan, dan sebagainya. Isu terkait limbah dan kondisi lingkungan di seluruh dunia selalu menjadi isu yang hangat diperbincangkan karena faktanya limbah dan memburuknya kondisi alam dapat mengancam keseimbangan bumi dan kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, diperlukan sistem keberlanjutan yang mencakup keberlanjutan alam dan manusia, dan mudah diterapkan di semua lini kehidupan. Sistem seperti ini disebut dengan ESG (Environtment, Sosial, and Governance).

The Body Shop dan ESG

ESG adalah sebuah standar perusahaan dalam praktik investasinya yang terdiri dari tiga konsep atau kriteria: Environmental (Lingkungan), Social (Sosial), dan Governance (Tata Kelola Perusahaan). Saat ini, banyak perusahaan yang sudah menerapkan standar ESG dalam melakukan proses bisninnya hingga ke pengelolaan limbah. Sebagai contoh, merek kosmetik The Body Shop memiliki program Bring Back Our Bottles yang pertama kali Dame Anita Roddick pada tahun 1993. Program ini mengajak konsumen The Body Shop untuk ikut menjadi bagian proses daur ulang dengan mengembalikan botol bekas kemasan produk ke produsen melalui staf yang ada di gerai-gerai The Body Shop. Setelah itu, konsumen mendapatkan reward yang berupa poin. Poin yang terkumpul ini nantinya bisa ditukarkan dengan potongan harga untuk pembelanjaan produk. Botol yang dikembalikan akan dikumpulkan dan diberikan kepada perusahaan pengolahan limbah yang telah menjalin kerjasama dengan The Body Shop.

Selain itu, The Body Shop memiliki program Community Trade dengan pemungut sampah di Bengaluru, India. The Body Shop menggunakan plastik daur ulang untuk sebagian kemasan produknya. Plastik daur dianggap tidak memerlukan banyak bahan tambahan untuk ketika diubah menjadi kemasan baru. Melalui program ini, para pemungut sampah di Bengaluru akan mendapatkan harga yang adil, pendapatan yang stabil, dan kondisi kerja yang lebih layak dan lebih bersih, serta mendapatkan pelayanan sosial. 

Melalui The Body Shop, kita dapat belajar bahwa mereka berusaha untuk menerapkan kriteria ESG ke dalam pengelolaan limbahnya. Kriteria lingkungan berusaha dipenuhi dengan memanfaatkan plastik daur ulang untuk kemasan dan melakukan pengumpulan botol bekas dari konsumen untuk diberikan kepada pengelola limbah yang profesional. Tidak hanya itu, kriteria sosial sedikit banyak juga diperhatikan oleh The Body Shop. Mereka mencoba menaikkan kualitas hidup pemungut sampah di India dan mengajak konsumen untuk turut serta dalam usaha keberlanjutan. Cara ini akan meningkatkan ketertarikan konsumen karena mereka  merasa turut membantu keberlanjutan alam dan manusia. Kriteria tata kelola limbah diterapkan oleh The Body Shop secara terstruktur dan menarik, mulai dari kerjasama dengan konsumen hingga kerjasama dengan pihak lain seperti perusahaan pengelola limbah.

ESG

Mekanisme bisnis seperti ini sangat mendorong terciptanya ekonomi sirkular sebagai ekonomi alternatif yang mengutamakan 5R yaitu reduce, reuse, recycle, recovery, dan repair. Hal ini bersinergi dengan standar ESG. Standar ESG dalam mengelola limbah sebaiknya perlu dipertimbangkan oleh semua perusahaan. Ide ESG sebetulnya bukan ide baru. Namun ide ini kurang populer sebelumnya di kalangan produsen atau pebisnis. Untungnya saat ini terdapat pusat studi mengenai ESG yang bernama Center for Environtment, Social, and Governance Study atau biasa disebut CESGS. CESGS dibentuk dengan tujuan untuk mendukung penelitian akademis, membangun eksekutif yang berpikiran berkelanjutan, dan sebagai solusi terdepan untuk rekomendasi kebijakan yang muncul dalam masalah Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola. Sehingga para pelaku usaha yang ingin menerapkan standar ESG pada proses bisnis hingga ke pengelolaan limbah, dapat bekerja sama dengan CESGS untuk meneliti dan menganalisa mekanisme ESG seperti apa yang cocok untuk diterapkan di perusahaan.

Tiap bidang usaha memiliki cara unik tersendiri dalam mengimplementasikan ESG dalam proses bisnisnya sehingga bisa meminimalkan risiko negatif ESG. Tiga hal yang harus diperhatikan dalam meminimalkan risiko ESG adalah interaksi dengan investor, konsultasi dengan spesialis ESG, dan membuat proses pemetaan dengan indeks ESG. Karena risiko ESG memengaruhi bisnis yang sedang dijalankan oleh perusahaan. Jangan sampai investasi ESG yang ditanamkan ke dalam suatu perusahaan tidak bersifat sustainable.

Sustainable investing sudah diungkapkan lebih dari 10 tahun yang lalu oleh Sekjen PBB. Jadi, sebenarnya hal ini bukan sesuatu ide baru. Semakin kesini, memiliki pengembangan definisi yang berbeda-beda di tiap bidang ilmu. Namun pada pelaksanaannya sustainable investing memiliki prinsip dasar yang wajib dipenuhi. Prinsip ini membantu perusahaan agar lebih bertanggung jawab terhadap aktivitas usahanya sehingga meminimalkan risiko ESG.

Kesimpulannya, standar ESG dalam pengelolaan limbah merupakan suatu bentuk upaya menuju bumi dan ekonomi yang berkelanjutan. Tidak hanya itu, standar ini bisa diaplikasikan ke semua lini bisnis dengan cara yang unik sesuai dengan bidang bisnis masing-masing perusahaan. Maka tidak heran bahwa standar ESG menjadi solusi untuk memperbaiki kondisi alam menjadi lebih baik dan meningkatkan perekonomian.


You Might Also Like

0 komentar