[ BOOK REVIEW ] NEGERI 5 MENARA (TRILOGI NEGERI 5 MENARA : 1) BY A FUADI: MEMOTIVASI TANPA MEMOTIVASI
- November 30, 2018
- By Sri Andayani
- 0 Comments
Judul
buku: Negeri 5 Menara (Trilogi Negeri 5 Menara
: 1)
Penulis
: A. Fuadi
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun
: Cetakan ke 27, Desember 2017
Tebal
: xi+423 halaman
ISBN
: 978-979-22-4861-6
Novel dengan tag line “Man Jadda Wajadda” ini berhasil memikat banyak kalangan. Bayangkan, pada akhir tahun 2017 saja novel ini sudah mencapai cetakan ke-27. Bahkan novel ini sudah di angkat ke layar lebar. Man Jadda Wajadda berarti “siapa
yang bersungguh-sungguh akan berhasil”. Singkatnya, novel ini bercerita tentang
seseorang bernama Alif. Ia bercita-cita setelah lulus Madrasah Tsanawiyah
(setara SMP) akan masuk ke SMA terbaik di Bukittinggi namun keinginanya itu
bertolak belakang dengan keinginan orang tuanya yang ingin Alif masuk ke jalur
sekolah agama. Berbekal informasi dari saudaranya, akhirnya Alif memutuskan
untuk melanjutkan ke Pondok Madani (PM) di Jawa Timur.
Selama tinggal di PM Alif memiliki 5 sahabat
dekat yang berasal dari berbagai kota di Indonesia. Mereka sering berkumpul di
bawah menara masjid ketika waktu luang sehingga mereka dijuluki Sahibul Menara. Kegiatan belajar dan
mengajar serta peraturan di PM yang ketat membuat mereka tidak patah semangat. Singkatnya, novel
ini menceritakan susah dan senangnya Alif bersama sahabatnya selama tinggal di
PM.
Tema yang diusung novel ini adalah motivasi dan agama. Keinginan untuk
meraih cita-cita yang kadang terhambat oleh situasi diri maupun luar dan
bagaimana tokoh menghadapi hambatan itu memotivasi pembaca dengan cara yang
berbeda. Jelas
novel ini jelas novel motivasi tapi penulis menceritakanya dengan
tidak menggebu-gebu seperti buku motivasi pada umumnya.
Sebenarnya banyak buku yang mengusung tema
motivasi atau agama yang serupa. Namun yang membuat buku ini menarik adalah
gaya bahasa penulisanya, baku tapi tetap menyenangkan. Walaupun agama yang
diceritakan adalah agama Islam namun tidak ada unsur fanatisme yang berlebihan.
Bahkan beberapa cerita diselipi humor atau cerita lucu khas anak pondok. Jadi
pemaca tidak akan merasa jenuh.
Selain itu, membaca buku ini menambah pengetahuan kita terhadap pendidikan
berlabel pondok. Bagi orang awam mungkin sudah terpatri bahwa pendidikan
berlabel pondok sebagian besar mengajarkan tentang agama saja. Melalui buku ini
pembaca diberi pengetahuan yang lebih bahwa materi
pelajaran di pondok terdiri dari banyak hal tidak hanya agama. Seseorang yang
mengenyam pendidikan pondok dilatih untuk ahli dalam segala hal agama, akademik,
dan kepribadian yang baik. Jadi lulusan pondok merupakan seseorang yang seharusnya
memiliki paket lengkap.
Alur ceritanya sebenarnya campuran, dimana pada
masa sekarang si tokoh utama kembali mengingat masa-masa ketika ia tinggal di
pondok. Namun pada bagian menceritakan awal mula tokoh utama tinggal di pondok
hingga menamatkan pendidikanya di pondok, alur yang digunakan penulis adalah
alur maju.
Penulisanya menggunakan sudut pandang orang
pertama sebagai pelaku utama dan secara konsisten selalu digunakan oleh penulis
baik ketika menceritakan tokoh utama di masa sekarang maupun masa lalunya.
Setiap bab dibedakan dengan memberikan judul sesuai
dengan isi cerita dalam bab itu. Memudahkan bagi pembaca mengambil topik utama
dari bab yang diceritakan. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia tapi banyak
disisipi kata dan atau kalimat menggunakan Bahasa Arab. Baiknya tiap kali tokoh
mengucapkan dalam bahasa arab, penulis menerjemahkanya dalam Bahasa Indonesia. Sehingga
pembaca tidak merasa kebingungan memahami arti kata atau kalimat yang diucapkan
si tokoh.