[ BOOK REVIEW ] PEOPLE OF THE BOOK BY GERALDINE BROOKS: TIGA AGAMA JADI SATU
- November 23, 2018
- By Sri Andayani
- 0 Comments
Judul :
People of The Book
Penulis
: Geraldine Brooks
Penerjemah
: Femmy Syahrani
Editor:
Siska Yuanita
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan,Tahun
: Cetakan Pertama, 2015
Halaman
: 504 hlm.
ISBN :
978-602-03-1447-1
Bagi
pembaca pecinta novel bertemakan petualangan dan sejarah buku ini sangat
direkomendasikan. Ceritanya terinspirasi dari kisah nyata yang dipadukan dengan
cerita fiksi. Singkatnya menceritakan tentang perjalanan sebuah buku yang
berusia ratusan tahun. Buku ini milik agama Yahudi tapi berisi gambar-gambar,
padahal umat Yahudi dilarang oleh agamanya untuk membuat gambar-gambar. Sehingga
ada pihak yang merasa terancam dengan adanya buku ini dan menginginkan buku ini
dimusnahkan. Walaupun buku ini adalah buku Yahudi tapi usaha untuk melindungi
buku ini dari pemusnahan dilakukan oleh umat-umat beragama lainya, yaitu Islam
dan Kristen. Meskipun diceritakan bahwa diskriminasi antar umat pada masa ke
masa sangat jelas dan memecah belah namun ternyata tidak berlaku bagi sebagian
orang. Mereka saling menolong, tidak memandang agama yang dianut.
Alur cerita pada buku ini
digambarkan dengan alur mundur atau regresi. Dimulai dari konservasi terhadap
si buku tua ini pada masa sekarang kemudian mundur seiring dengan penemuan-penemuan
yang ditemukan oleh si tokoh konservator. Hingga akhirnya diketahui siapa yang
menulis buku tua ini.
Selain
itu dari sisi latar dan waktu cerita, penulis menggambarkan perbedaan situasi
sosial dan politik masa ke masa seiring berjalanya buku ratusan tahun ini
dengan cara per bab. Setiap bab menggambarkan hasil temuan analisa buku dan
sejarahnya bagaimana temuan-temuan itu sampai melekat pada buku. Kelebihanya,
pembaca mendapat pengetahuan tentang hal-hal yang secara umum terjadi di masa
itu. Selain itu pembaca tidak
mudah bosan karena tidak melulu menceritakan satu tokoh pada semua bab.
Sudut
pandang yang dipakai adalah sudut pandang orang pertama. Ini konsisten di
setiap bab yang menceritakan perjalanan si buku dari masa ke masa dengan tokoh
yang berbeda. Sayangnya penokohan dalam novel ini tidak digambarkan secara
mendalam. Penulis hanya menceritakan di permukaan saja tidak sampai
penggambaran kepribadian yang utuh. Mungkin karena fokus tujuanya adalah
menceritakan perjalanan “si buku” bukan tokoh utamanya.
Bagian
menarik dari novel ini adalah bagaimana si konservator menganalisa sebuah buku
langka atau buku tua sehingga mengetahui perjalanan atau apa saja yang telah
terjadi pada “si buku” dari tahun ke tahun. Semua hal tentang buku mulai dari
media atau kertas yang dipakai, bagaimana cara membuat medianya, sejarah
penggunaan media tulis dan tinta, dan bagaimana campuran tinta yang
menghasilkan warna-warna dideskripsikan oleh penulis dengan baik. Pada bagian
ini pembaca akan diajak masuk ke dalam suasana analisa secara laboratorium dan
pengetahuan-pengetahuan si tokoh dan caranya menguak perjalanan buku ini.
Secara
umum novel ini membawa warna tersendiri bagi pembaca yang sudah kenyang dengan
novel-novel beraroma percintaan yang dominan atau novel-novel fantasi yang
imajinasinya tinggi. Bukan berarti tidak ada cerita percintaan dalam novel ini.
Cerita percintaan tokoh tidak diceritakan secara dominan, tapi cerita didominasi
bagaimana perjalanan hidup tokoh-tokoh ketika menyelamatkan buku.
Tema
cerita tentang agama yang dibawakan sangat menarik terutama pada masa kini yang
banyak terjadi diskriminasi antar golongan tidak hanya agama. Novel ini
benar-benar memberi contoh bahwa sebagai individu, kita masih bisa memegang
teguh keyakinan masing-masing tanpa harus membuat jarak atau kesenjangan dengan
satu agama atau golongan tertentu.
0 komentar