[ BOOK REVIEW ] PEOPLE OF THE BOOK BY GERALDINE BROOKS: TIGA AGAMA JADI SATU





Judul : People of The Book
Penulis : Geraldine Brooks
Penerjemah : Femmy Syahrani
Editor: Siska Yuanita
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan,Tahun : Cetakan Pertama, 2015
Halaman : 504 hlm.
ISBN : 978-602-03-1447-1


Bagi pembaca pecinta novel bertemakan petualangan dan sejarah buku ini sangat direkomendasikan. Ceritanya terinspirasi dari kisah nyata yang dipadukan dengan cerita fiksi. Singkatnya menceritakan tentang perjalanan sebuah buku yang berusia ratusan tahun. Buku ini milik agama Yahudi tapi berisi gambar-gambar, padahal umat Yahudi dilarang oleh agamanya untuk membuat gambar-gambar. Sehingga ada pihak yang merasa terancam dengan adanya buku ini dan menginginkan buku ini dimusnahkan. Walaupun buku ini adalah buku Yahudi tapi usaha untuk melindungi buku ini dari pemusnahan dilakukan oleh umat-umat beragama lainya, yaitu Islam dan Kristen. Meskipun diceritakan bahwa diskriminasi antar umat pada masa ke masa sangat jelas dan memecah belah namun ternyata tidak berlaku bagi sebagian orang. Mereka saling menolong, tidak memandang agama yang dianut.
            Alur cerita pada buku ini digambarkan dengan alur mundur atau regresi. Dimulai dari konservasi terhadap si buku tua ini pada masa sekarang kemudian mundur seiring dengan penemuan-penemuan yang ditemukan oleh si tokoh konservator. Hingga akhirnya diketahui siapa yang menulis buku tua ini.
Selain itu dari sisi latar dan waktu cerita, penulis menggambarkan perbedaan situasi sosial dan politik masa ke masa seiring berjalanya buku ratusan tahun ini dengan cara per bab. Setiap bab menggambarkan hasil temuan analisa buku dan sejarahnya bagaimana temuan-temuan itu sampai melekat pada buku. Kelebihanya, pembaca mendapat pengetahuan tentang hal-hal yang secara umum terjadi di masa itu. Selain itu pembaca tidak mudah bosan karena tidak melulu menceritakan satu tokoh pada semua bab.
Sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandang orang pertama. Ini konsisten di setiap bab yang menceritakan perjalanan si buku dari masa ke masa dengan tokoh yang berbeda. Sayangnya penokohan dalam novel ini tidak digambarkan secara mendalam. Penulis hanya menceritakan di permukaan saja tidak sampai penggambaran kepribadian yang utuh. Mungkin karena fokus tujuanya adalah menceritakan perjalanan “si buku” bukan tokoh utamanya.
Bagian menarik dari novel ini adalah bagaimana si konservator menganalisa sebuah buku langka atau buku tua sehingga mengetahui perjalanan atau apa saja yang telah terjadi pada “si buku” dari tahun ke tahun. Semua hal tentang buku mulai dari media atau kertas yang dipakai, bagaimana cara membuat medianya, sejarah penggunaan media tulis dan tinta, dan bagaimana campuran tinta yang menghasilkan warna-warna dideskripsikan oleh penulis dengan baik. Pada bagian ini pembaca akan diajak masuk ke dalam suasana analisa secara laboratorium dan pengetahuan-pengetahuan si tokoh dan caranya menguak perjalanan buku ini.
Secara umum novel ini membawa warna tersendiri bagi pembaca yang sudah kenyang dengan novel-novel beraroma percintaan yang dominan atau novel-novel fantasi yang imajinasinya tinggi. Bukan berarti tidak ada cerita percintaan dalam novel ini. Cerita percintaan tokoh tidak diceritakan secara dominan, tapi cerita didominasi bagaimana perjalanan hidup tokoh-tokoh ketika menyelamatkan buku.  
Tema cerita tentang agama yang dibawakan sangat menarik terutama pada masa kini yang banyak terjadi diskriminasi antar golongan tidak hanya agama. Novel ini benar-benar memberi contoh bahwa sebagai individu, kita masih bisa memegang teguh keyakinan masing-masing tanpa harus membuat jarak atau kesenjangan dengan satu agama atau golongan tertentu.

You Might Also Like

0 komentar