[ BOOK REVIEW ] NEGERI 5 MENARA (TRILOGI NEGERI 5 MENARA : 1) BY A FUADI: MEMOTIVASI TANPA MEMOTIVASI





Judul buku: Negeri 5 Menara (Trilogi Negeri 5 Menara : 1)
Penulis : A. Fuadi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun : Cetakan ke 27, Desember 2017
Tebal : xi+423 halaman

ISBN : 978-979-22-4861-6

Novel dengan tag line “Man Jadda Wajadda” ini berhasil memikat banyak kalangan.  Bayangkan, pada akhir tahun 2017 saja novel ini sudah mencapai cetakan ke-27. Bahkan novel ini sudah di angkat ke layar lebar.  Man Jadda Wajadda berarti “siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil”. Singkatnya, novel ini bercerita tentang seseorang bernama Alif. Ia bercita-cita setelah lulus Madrasah Tsanawiyah (setara SMP) akan masuk ke SMA terbaik di Bukittinggi namun keinginanya itu bertolak belakang dengan keinginan orang tuanya yang ingin Alif masuk ke jalur sekolah agama. Berbekal informasi dari saudaranya, akhirnya Alif memutuskan untuk melanjutkan ke Pondok Madani (PM) di Jawa Timur.
Selama tinggal di PM Alif memiliki 5 sahabat dekat yang berasal dari berbagai kota di Indonesia. Mereka sering berkumpul di bawah menara masjid ketika waktu luang sehingga mereka dijuluki Sahibul Menara. Kegiatan belajar dan mengajar serta peraturan di PM yang ketat membuat mereka tidak patah semangat. Singkatnya, novel ini menceritakan susah dan senangnya Alif bersama sahabatnya selama tinggal di PM.
Tema yang diusung novel ini adalah motivasi dan agama. Keinginan untuk meraih cita-cita yang kadang terhambat oleh situasi diri maupun luar dan bagaimana tokoh menghadapi hambatan itu memotivasi pembaca dengan cara yang berbeda. Jelas novel ini jelas novel motivasi tapi penulis menceritakanya dengan tidak menggebu-gebu seperti buku motivasi pada umumnya.
Sebenarnya banyak buku yang mengusung tema motivasi atau agama yang serupa. Namun yang membuat buku ini menarik adalah gaya bahasa penulisanya, baku tapi tetap menyenangkan. Walaupun agama yang diceritakan adalah agama Islam namun tidak ada unsur fanatisme yang berlebihan. Bahkan beberapa cerita diselipi humor atau cerita lucu khas anak pondok. Jadi pemaca tidak akan merasa jenuh.
Selain itu, membaca buku ini menambah pengetahuan kita terhadap pendidikan berlabel pondok. Bagi orang awam mungkin sudah terpatri bahwa pendidikan berlabel pondok sebagian besar mengajarkan tentang agama saja. Melalui buku ini pembaca diberi pengetahuan yang lebih bahwa materi pelajaran di pondok terdiri dari banyak hal tidak hanya agama. Seseorang yang mengenyam pendidikan pondok dilatih untuk ahli dalam segala hal agama, akademik, dan kepribadian yang baik. Jadi lulusan pondok merupakan seseorang yang seharusnya memiliki paket lengkap.
            Alur ceritanya sebenarnya campuran, dimana pada masa sekarang si tokoh utama kembali mengingat masa-masa ketika ia tinggal di pondok. Namun pada bagian menceritakan awal mula tokoh utama tinggal di pondok hingga menamatkan pendidikanya di pondok, alur yang digunakan penulis adalah alur maju.
Penulisanya menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama dan secara konsisten selalu digunakan oleh penulis baik ketika menceritakan tokoh utama di masa sekarang maupun masa lalunya.
Setiap bab dibedakan dengan memberikan judul sesuai dengan isi cerita dalam bab itu. Memudahkan bagi pembaca mengambil topik utama dari bab yang diceritakan. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia tapi banyak disisipi kata dan atau kalimat menggunakan Bahasa Arab. Baiknya tiap kali tokoh mengucapkan dalam bahasa arab, penulis menerjemahkanya dalam Bahasa Indonesia. Sehingga pembaca tidak merasa kebingungan memahami arti kata atau kalimat yang diucapkan si tokoh.

You Might Also Like

0 komentar