[ BOOK REVIEW ] BUMI MANUSIA BY PRAMOEDYA ANANTA TOER : DISKRIMINASI MANUSIA
- November 28, 2018
- By Sri Andayani
- 0 Comments
Judul : Bumi
Manusia (Tetralogi Buru 1)
Penulis :
Pramoedya Ananta Toer
Editor :
Astuti Ananta Toer
Penerbit :
Lentera Dipantara
Tahun :
Cetakan 19, Juni 2015
Tebal : 535
hlm.
ISBN :
978-979-97312-3-4
Novel
ini digambarkan dengan latar Indonesa awal abad 20. Pada masa itu terdapat 3
golongan yaitu Totok, Indo, dan Pribumi. Totok adalah sebutan untuk orang
Eropa. Indo sebutan untuk orang campuran antara Eropa dan Pribumi. Sedangkan
Pribumi adalah sebutan untuk penduduk asli.
Bercerita
tentang seorang bernama Minke yang bersekolah di H.B.S. Pada masa itu seorang pribumi tidak boleh
sekolah, yang diperbolehkan hanya Eropa, Indo, dan Pribumi keturunan. H.B.S.
adalah sekolah untuk 3 golongan ini. Minke adalah seorang pribumi keturunan
jadi ia bisa bersekolah. Suatu hari Minke diajak ke rumah Nyai Ontosoroh oleh
teman sekolahnya bernama Robert Suurhof yang mengaku seorang Indo. Nyai Ontosoroh
adalah gundik dari seorang totok yang kaya raya bernama Herman Mellema. Disebut
Nyai karena mereka tidak menikah sah. Nyai Ontosoroh dan herman Mellema
mempunyai 2 anak yang bernama Robert Mellema dan Annelies Mellema. Singkatnya
Minke yang masih muda ini mencintai Annelies, seorang Indo, dan ternyata
Annelies pun juga mencintai minke. Rupa-rupanya cinta mereka ini harus diuji
oleh kekuasaan, kebudayaan, agama, dan
stigma masyarakat pada jaman itu membuat masalah terus menerus datang pada
Minke dan keluarga Nyai Ontosoroh.
Novel ini menggunakan sudut pandang
orang pertama sebagai pelaku utama yaitu Minke. Awal mula novel diceritakan
Minke kembali membaca buku harianya yang telah ditulisnya selama 13 tahun kemudian
flash back ke kenangan yang ia tulis.
Alurnya sulit untuk bisa ditebak. Sehingga pembaca semakin penasaran. Gaya
bahasa khas dan diksi yang dipakai beragam. Tiap kata dan kalimat yang tertulis
dalam novel ini sarat makna yang mendalam.
Novel
ini secara umum mengintegrasikan bagaimana cinta, kasih sayang, kekuasaan,
kelemahan, kebudayaan, agama, dan stigma masyarakat pada jaman itu. Sehingga
ketika membacanya kita seakan diajak kembali melihat potret kehidupan masa itu.
Pesan moral yang bisa ditarik dari novel ini adalah diskriminasi terhadap
masyarakat membuat kita hidup terkotak-kotak dan bisa menumbuhkan perasaan
negatif seperti kebencian terhadap suatu kelompok atau merendahkan harkat dan
martabat orang lain.
0 komentar