[ BOOK REVIEW ] RANAH 3 WARNA (TRILOGI NEGERI 5 MENARA 2) BY A. FUADI : SUNGGUH-SUNGGUH AJA NGGAK CUKUP
- Desember 03, 2018
- By Sri Andayani
- 0 Comments
Judul : Ranah 3 Warna (Trilogi Negeri 5 Menara : 2)
Penulis : A. Fuadi
Editor : Danya Dewanti Fuadi dan Mirna Yulistianti
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun : Cetakan kesembilan, September 2013
Tebal : xiv + 472
ISBN : 978-979-22-6325-1
Novel ini kelanjutan dari Negeri
5 Menara. Sama halnya dengan Negeri 5 Menara, novel ini masuk salah satu buku nasional
best seller. Rumornya, akan diangkat
ke layar lebar. Sekuel ini bercerita tentang kehidupan Alif setelah ia lulus
dari Pondok Madani (PM). Demi menggapai cita-citanya untuk bisa berkuliah di
Bandung, Alif harus mengikuti ujian persamaan untuk mendapatkan ijazah yang
setara dengan lulusan SMA. Ia meminjam buku-buku pada sahabatnya yang bernama
Randai. Randai sudah lebih dulu masuk kuliah. Randai diterima menjadi mahasiswa
ITB pada tahun sebelumnya dengan jurusan yang diinginkan Alif. Setelah berjuang
menghadapi ujian persamaan SMA, Alif harus melewati Ujian Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (UMPTN). Setelah ditimbang-timbang ia akhirnya memilih jurusan
komunikasi karena ia merasa lebih menguasai jurusan itu. Ia merelakan jurusan
yang diimpikanya selama ini. Hasil UMPTN menunjukan bahwa Alif diterima di
Universitas Padjajaran. Selama kuliah Alif akhirnya mengunjungi 3 negara yang
berbeda iklimnya. Dari sini lah judul novel ini di ambil.
Secara umum novel ini
menggambarkan bagaimana perjuangan Alif mengikuti ujian-ujian demi bisa
berkuliah di Bandung. Tidak sampai disitu, perjuanganya menyelesaikan kuliahnya
itu dengan berbagai cobaan kehidupan yang datang juga diceritakan. Pasang surut
kehidupan Alif ini lagi-lagi buat pembaca merasa "termotivasi tanpa
disadari". Keunggulan A.Fuadi ialah bagaimana ia memotivasi pembacanya
tanpa harus memberikan rangkaian penekanan yang menggebu-gebu. Tag line man jadda wajadda masih digunakan
penulis namun pada buku ini kata mutiara yang ditekankan adalah man shabara shafira yang berarti siapa
yang bersabar akan beruntung. Tag line ini sangat sesuai dengan cerita dimana
Alif mengalami banyak cobaan dalam hidupnya setelah lulus dari PM hingga
menamatkan kuliahnya.
Sudut pandang yang digunakan
masih sama yaitu sudut pandang pertama sebagai pelaku utama. Adanya tokoh baru perempuan
ini membuat novel ini dibumbui oleh kisah asmara yang malu-malu. Kehidupan Alif
disini secara umum memberikan pesan moral bahwa terkadang kita harus berdamai
dengan keinginan kita. Apa yg kita inginkan kadang "tidak sesuai"
dengan apa yg menjadi kemampuan kita. "Tidak sesuai" dalam arti yang
positif.
0 komentar