[ BOOK REVIEW ] RANAH 3 WARNA (TRILOGI NEGERI 5 MENARA 2) BY A. FUADI : SUNGGUH-SUNGGUH AJA NGGAK CUKUP




Judul : Ranah 3 Warna (Trilogi Negeri 5 Menara : 2)
Penulis : A. Fuadi
Editor : Danya Dewanti Fuadi dan Mirna Yulistianti
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun : Cetakan kesembilan, September 2013
Tebal : xiv + 472
ISBN : 978-979-22-6325-1

Novel ini kelanjutan dari Negeri 5 Menara. Sama halnya dengan Negeri 5 Menara, novel ini masuk salah satu buku nasional best seller. Rumornya, akan diangkat ke layar lebar. Sekuel ini bercerita tentang kehidupan Alif setelah ia lulus dari Pondok Madani (PM). Demi menggapai cita-citanya untuk bisa berkuliah di Bandung, Alif harus mengikuti ujian persamaan untuk mendapatkan ijazah yang setara dengan lulusan SMA. Ia meminjam buku-buku pada sahabatnya yang bernama Randai. Randai sudah lebih dulu masuk kuliah. Randai diterima menjadi mahasiswa ITB pada tahun sebelumnya dengan jurusan yang diinginkan Alif. Setelah berjuang menghadapi ujian persamaan SMA, Alif harus melewati Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Setelah ditimbang-timbang ia akhirnya memilih jurusan komunikasi karena ia merasa lebih menguasai jurusan itu. Ia merelakan jurusan yang diimpikanya selama ini. Hasil UMPTN menunjukan bahwa Alif diterima di Universitas Padjajaran. Selama kuliah Alif akhirnya mengunjungi 3 negara yang berbeda iklimnya. Dari sini lah judul novel ini di ambil.
Secara umum novel ini menggambarkan bagaimana perjuangan Alif mengikuti ujian-ujian demi bisa berkuliah di Bandung. Tidak sampai disitu, perjuanganya menyelesaikan kuliahnya itu dengan berbagai cobaan kehidupan yang datang juga diceritakan. Pasang surut kehidupan Alif ini lagi-lagi buat pembaca merasa "termotivasi tanpa disadari". Keunggulan A.Fuadi ialah bagaimana ia memotivasi pembacanya tanpa harus memberikan rangkaian penekanan yang menggebu-gebu. Tag line man jadda wajadda masih digunakan penulis namun pada buku ini kata mutiara yang ditekankan adalah man shabara shafira yang berarti siapa yang bersabar akan beruntung. Tag line ini sangat sesuai dengan cerita dimana Alif mengalami banyak cobaan dalam hidupnya setelah lulus dari PM hingga menamatkan kuliahnya.
Sudut pandang yang digunakan masih sama yaitu sudut pandang pertama sebagai pelaku utama. Adanya tokoh baru perempuan ini membuat novel ini dibumbui oleh kisah asmara yang malu-malu. Kehidupan Alif disini secara umum memberikan pesan moral bahwa terkadang kita harus berdamai dengan keinginan kita. Apa yg kita inginkan kadang "tidak sesuai" dengan apa yg menjadi kemampuan kita. "Tidak sesuai" dalam arti yang positif.

You Might Also Like

0 komentar