[ BOOK REVIEW ] BILANGAN FU BY AYU UTAMI : MODERNISME, MONOTHEISME, DAN MILITERISME





Judul : Bilangan Fu
Penulis : Ayu Utami
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun : Cetakan Pertama, Juni 2008
Halaman : x + 537 hlm.
ISBN : 978-979-91-0122-8
Via : ipusnas.id

Banyak yang bilang buku-buku nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa itu berat. Ya boleh jadi ini benar. Bilangan FU merupakan pemenang Khatulistiwa Literary Award tahun 2008. Buku ini memenangkan kategori prosa. Buat penyuka novel dengan bobot yang maksimal biasanya suka dengan model-model seperti ini. Selain itu, buku ini masuk kategori novel dewasa dan berisi konten dewasa sehingga tidak sesuai jika dibaca untuk remaja atau anak-anak.
Buku ini dibagi ke dalam 3 bagian yaitu modernisme, monotheisme, dan militerisme. Tiap-tiap bagian memuat bab-bab yang diberi judul sesuai dengan topik isi cerita pada suatu bab. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Alurnya secara umum maju dengan cara tokoh utama menceritakan kejadian yang pernah ia alami mulai dari awal hingga akhir. Sudut pandang melalui tokoh utama bernama Yuda ini konsisten.
Secara umum buku ini menggambarkan tentang modernisme, monotheisme, dan militerisme yang dikemas dalam cerita persahabatan dan segala konflik sosial dan politik pada masa itu. Sebenarnya ceritanya sederhana tentang persahabatan. Namun menjadi kompleks karena masing-masing tokoh punya filosofi dan pandangan terhadap sesuatu. Sehingga mau tak mau dalam interaksi persahabatan mereka melibatkan tiga hal itu tadi (modernisme, monotheisme, dan militerisme).
Waktu cerita digambarkan seperti suasana masa orde baru. Walaupun penulis tidak secara gamblang menyebutkan secara jelas tahun pada cerita. Tapi ia memasukan gambaran tentang kondisi sosial dan politik pada masa itu. Sehingga pembaca yang tahu tentang yang terjadi di masa orde baru akan berasumsi bahwa waktu cerita memang pada masa itu. Penulis menggambarkan gejolak sosial dan politik secara detail. Jadi bagi pembaca yang tidak tahu bagaimana masa orde baru, ia tetap bisa menikmati buku ini.
Penulis juga menyertakan cerita sejarah, legenda, maupun cerita rakyat. Mungkin beberapa orang akan berpendapat bahwa cerita-cerita tadi semakin memberatkan buku ini dan tak penting untuk ditulis. Tapi hal-hal itu yang mendasari bagaimana para tokoh dalam buku ini memiliki filosofi dan pandangan tertentu dalam suatu hal sehingga mempegaruhi perilaku mereka.
            Buku ini kaya diksi. Banyak diksi yang jarang kita ucapkan sehari-hari. Bagi banyak orang yang tidak familier dengan diksi-diksi yang ditulis maka perlu mempersiapkan KBBI ketika membacanya. Bagian akhir buku, disematkan indeks pilihan yang mana untuk jenis novel jarang ditemui bagian ini.

You Might Also Like

0 komentar