[ BOOK REVIEW ] BILANGAN FU BY AYU UTAMI : MODERNISME, MONOTHEISME, DAN MILITERISME
- Desember 12, 2018
- By Sri Andayani
- 0 Comments
Judul : Bilangan Fu
Penulis : Ayu Utami
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun : Cetakan Pertama, Juni 2008
Halaman : x + 537 hlm.
ISBN : 978-979-91-0122-8
Via : ipusnas.id
Banyak yang bilang buku-buku
nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa itu berat. Ya boleh jadi ini benar. Bilangan
FU merupakan pemenang Khatulistiwa Literary Award tahun 2008. Buku ini
memenangkan kategori prosa. Buat penyuka novel dengan bobot yang maksimal
biasanya suka dengan model-model seperti ini. Selain itu, buku ini masuk
kategori novel dewasa dan berisi konten dewasa sehingga tidak sesuai jika
dibaca untuk remaja atau anak-anak.
Buku ini dibagi ke dalam 3
bagian yaitu modernisme, monotheisme, dan militerisme. Tiap-tiap bagian memuat
bab-bab yang diberi judul sesuai dengan topik isi cerita pada suatu bab. Sudut
pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Alurnya secara umum maju dengan cara tokoh utama menceritakan kejadian yang pernah ia alami mulai dari awal hingga akhir. Sudut pandang melalui tokoh utama bernama Yuda ini konsisten.
Secara umum buku ini menggambarkan
tentang modernisme, monotheisme, dan militerisme yang dikemas dalam cerita
persahabatan dan segala konflik sosial dan politik pada masa itu. Sebenarnya
ceritanya sederhana tentang persahabatan. Namun menjadi kompleks karena
masing-masing tokoh punya filosofi dan pandangan terhadap sesuatu. Sehingga mau
tak mau dalam interaksi persahabatan mereka melibatkan tiga hal itu tadi (modernisme,
monotheisme, dan militerisme).
Waktu cerita digambarkan
seperti suasana masa orde baru. Walaupun penulis tidak secara gamblang
menyebutkan secara jelas tahun pada cerita. Tapi ia memasukan gambaran tentang
kondisi sosial dan politik pada masa itu. Sehingga pembaca yang tahu tentang
yang terjadi di masa orde baru akan berasumsi bahwa waktu cerita memang pada
masa itu. Penulis menggambarkan gejolak sosial dan politik secara detail. Jadi
bagi pembaca yang tidak tahu bagaimana masa orde baru, ia tetap bisa menikmati
buku ini.
Penulis juga menyertakan cerita
sejarah, legenda, maupun cerita rakyat. Mungkin beberapa orang akan berpendapat
bahwa cerita-cerita tadi semakin memberatkan buku ini dan tak penting untuk
ditulis. Tapi hal-hal itu yang mendasari bagaimana para tokoh dalam buku ini
memiliki filosofi dan pandangan tertentu dalam suatu hal sehingga mempegaruhi
perilaku mereka.
Buku ini
kaya diksi. Banyak diksi yang jarang kita ucapkan sehari-hari. Bagi banyak
orang yang tidak familier dengan diksi-diksi yang ditulis maka perlu
mempersiapkan KBBI ketika membacanya. Bagian akhir buku, disematkan indeks
pilihan yang mana untuk jenis novel jarang ditemui bagian ini.
0 komentar